SD MUHAMMADIYAH BEDOYO : MERAJUT ASA DARI SEKOLAH nDESO

Alhamdulillah sudah Tiga Semester kulalui kebersamaan dengan SD Muhammadiyah Bedoyo. Misi awal dari amanah sebagai Guru yang mendapat tugas tambahan kepala sekolah dari PDM Gunungkidul atas rekomendari PCM Ponjong adalah ‘menyelamatkan’ salah satu AUM yang tengah mengalami periode sulit yakni krisis kepercayaan masyarakat. Beberapa masyarakat sekitar mulai menyekolahkan ke sekolah negeri sekitar 2 hingga 3 km lebih jauh.



Hal ini dikarena tuntutan masyarakat terhadap proses dan hasil pendidikan tidak bisa dipenuhi SD Muhammadiyah Bedoyo. Pernah dalam satu angkatan lulusan dari semua lulusan satupun tidak ada yang diterima di SMP Negeri. Masyarakat pernah juga berkumpul hendak ‘mendemo’ sekolah namun alhamdulillah bisa diredam beberapa komite.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Serah terima jabatan dilaksanakan Rabu, 20 April 2016. Esok paginya semua siswa dan guru memakai pakaian adat jawa untuk upacara hari Kartini dan kegiatan siswa kartinian meliputi lomba permainan tradisional dan lagu macapat. Hari Ahad pertama 24 April 2016 bapak guru karyawan kerjabakti membuka akses sekolah dari sisi utara. Sehingga sekarang sekolah punya 2 jalan utama.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Penyuluhan Kesehatan dari Puskesmas Ponjong 2 di SD Muhammadiyah Bedoyo



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Hasil curahan unek-unek siswa juga dulu merasakan ‘ketiadaan’ guru dalam pembelajaran, suasana sekolah yang tidak mendukung proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), jajanan yang menghasilkan sampah berserakan dan ketiadaan sesuatu yang bisa diunggulkan dan dibanggakan. Ranking ujian sekolah siswa kelas 6 se kecamatanpun senantiasa di posisi akhir, 40-an selama bertahun-tahun.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Setelah saya masuki, ternyata semua civitas akademika yang ada sebenarnya menginginkan hal yang sama yakni sekolah menjadi lebih baik. Akhirnya bersama-sama mulai dari guru kita kompakkan adanya perubahan paradigma ke arah perbaikan sekolah. Tokoh masyarakat yang ada dikomite disowani dimintai sumbang saran demi perbaikan sekolah.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Assesment Sekolah Literasi dari Dompet Dhuafa di SD Muhamamdiyah Bedoyo



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Sekolah membuat program yang realistis dan mudah diukur keberhasilannya. Diadakan agenda rutin 3 bulanan pengajian wali murid sekaligus disampaikan progres pencapaian kegiatan sekolah.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Sekolah menghadirkan pembicara sekaligus tokoh Muhammadiyah yang semua ikhlas memberikan tausyiah tanpa diberikan transport. Mulai dari H. Faizus Sa’bani, MA, H. Mahmud Ali, MA, H. Rohmat Mulyono, S. Ag, dan H. Aminudin Agung N, S.Ag. Alhamdulillah dukungan wali murid begitu luar biasa. Kehadiran wali murid dari pertemuan ke pertemuan berikutnya meningkat meskipun didominasi ibu-ibu. Latar belakang wali murid mayoritas petani sekaligus buruh pabrik giling batu kapur. Hanya ada 2 orang wali yang menjadi PNS.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Di tahun awal diamanahi ada 69 siswa (siswa paling sedikit mungkin dalam sejarah sekolah yang mulai berdiri 1 Januari 1968- dari Piagam Pendirian PP Muhammadiyah). Dari 69 itu 17 diantaranya adalah siswa inklusif karena SD Muhammadiyah Bedoyo juga sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi (SPPI).



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Alhamdulillah pada tahun pelajaran berikutnya diawal semester siswa menjadi 74 (diantaranya adalah dampak kegiatan baksos ramadhan dari SD Muh. Al Mujadin di SD Muh. Bedoyo) dan diakhir tahun pelajaran yang lalu menjadi 76 hingga sekarang. Kondisi keluarga siswa cukup memprihatinkan karena 3 siswa yatim/piatu, 2 siswa tidak diketahui ayahnya, 12 siswa orang tuanya cerai hidup.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Ada 22 siswa yang tidak disanding kedua orang tuanya. Bahkan beberapa dititipkan simbah atau pakde/pakliknya. Data kependudukan orang tua/wali murid banyak yang bermasalah mulai dari siswa belum punya akte kelahiran, orang tua tidak punya KK, sampai ada akte kelahiran siswa digadaikan. Itulah potret yang bisa menggambarkan kondisi keluarga asal siswa.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Kegiatan sekolah dibuat beda dengan yang dulu dan juga beda dengan sekolah lain. Setiap pagi sebelum pelajaran anak-anak diajak mengaji hafalan surat An-Naba. Alhamdulillah, selama dua bulan 76 siswa telah hafal 40 ayat lengkap hal ini menyemangati sekolah menekuni program tahfidz.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Kegiatan pasca pembelajaran diadakan mulai dari les kelas 6 (melanjutkan yg ada), berbagai ekstra mulai HW, TPA, tapak suci/ pencak silat, sepak bola, bola volley hingga drumband dengan modal alat pinjam SD Muh. Al Mujahidin Wonosari. Tenaga pengampu diupayakan dari guru yang ada dengan maksud selain pemberdayaan dan pembinaan juga untuk bisa sedikit menambah tambahan uang transport, karena maisyah perbulan masih jauh di bawah UMK ataupun UMR.

Khusus ekstra drumband kami mohonkan bantuan dari aktivis Muhammadiyah yang dengan suka rela membantu demi jalannya program sekolah membuat beda dari sebelumnya. Semoga jadi amal baik beliau, amien.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Bantuan juga datang dari keluarga yang mencukupkan program mengeraskan halaman utara sekolah menyelesaikan bantuan konblok dari SD Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari dan amanah alumni tahun pelajaran 2015/2016 sejumlah 10 anak. Kemudian disusul bantuan cat 5 galon 25 kg untuk memperbarui cat dinding luar sekolah yang dikerjakan sendiri oleh guru dan karyawan SD Muh. Bedoyo.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Tiap pagi terdengar suara ngaji surat surat di Al Quran pada juz ke-30 lewat wereless sekolah, disusul suara siswa hafalan secara klasikal selama 20 menit mengawali pembelajaran. Sekolah juga memutar film Sang Pencerah pada malam hari di halaman sekolah yang diikuti masyarakat umum. Pengajian umum malam hari juga dihadiri masyarakat melebihi target sekolah.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Namun bukan berarti tantangan tidak ada. Pada tahun pertama penerimaan peserta didik baru dihadapkan adanya iming-iming yang lebih dari sekolah lain dari masyarakat yang terlanjur menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri yang lebih jauh. Tahun ke dua berjalan lulusan TK terdekat hanya 8 siswa dan tahun depan berkurang lagi hanya 5. Di masyarakat juga mulai muncul isu desas desus kalau kepala sekolah sudah mau dipindah.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



“Orasah nyekolahke mrono hla wong kepalane wae arep pindah”.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Komite, Guru dan Kepala Sekolah tak henti-hentinya menepis isu tak jelas tersebut. Siswa kita tempatkan diposisi terdepan dalam kampanye adanya perubahan di sekolah. Mereka tampil diacara masyarakat, dalam bentuk unjuk kebolehan hafalan surat An Naba dan surat lain yang dikuasai.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 


Kegiatan

Berita

Copyright © 2019 Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Gunungkidul